Cinta sebuah kata yang membuat bibir tersenyum membuat jiwa terasa
tenang, dengannya hidup terasa lebih bermakna. Setiap hari perasaan
semakin membumbung tinggi tatkala mengingatnya, dan semakin sumringah
tatkala bertemu dengan si doi. Cinta adalah fitrah yang Allah
anugerahkan pada hamba-hambanya, saling kasih mengasihi antar lawan
jenis untuk menyalurkan suka cita di antara keduanya. Sikap saling
membutuhkan antar sesama manusia itulah yang menjadikannya hadir yang
diawali oleh kedekatan yang intens, hingga pada akhirnya terjadi ikatan
batin yang menguat. Siapapun anda baik seorang presiden, kuli,
mahasiswa, pejabat bahkan pendekar sekalipun akan merasakannya.
Islam agama Rahmatallil ‘alamin telah membahas rambu-rambu dalam
bercinta, tidak menjadi sebuah permasalahan jika mencintai, justu cinta
harus dijaga, dirawat, dan dilindungi dari segala jenis kehinaan dan apa
saja yang mengotorinya. Begitu pula Rasulullah dan para sahabat pernah
merasakannya, hanya saja agama ini memberikan bentuk penyaluran yang tepat melalui sebuah ikatan yang jelas yakni pernikahan.
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaanNya. Dia menciptakan untukmu
pasang-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta dan kasih
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum : 21)
Ibnu Qoyyim menjelaskan bahwa jenis cinta kepada wanita ada tiga yaitu
1.
Mencintai wanita untuk mendekatkan diri kepada Allah contohnya : cinta
seorang suami kepada istrinya yang mendorong untuk melaksanakan syariat
Allah.
2. Cinta yang dapat mendatangkan murka Allah dan dapat
menjauhkan dari rahmatNya. Jenis cinta ini lah yang mendatangkan
kerusakan dalam sistem kehidupan masyarakat seperti zina, perselingkuhan
dan pacaran.
3. Cinta yang mubah, cinta ini terjadi karena tidak
ada unsur kesengajaan, sebagaimana mencintai bayangan seorang wanita
yang berparas cantik. Tanpa sengaja dia melihat wanita itu lalu jatuh
cinta. Dan cintanya itu tidak sampai menyebabkannya berbuat maksiat.
Jika hasratnya telah menggebu maka sebaiknya ditempuh dengan jalur
pernikahan, apabila belum mampu maka sibukkanlah diri ini dengan hal-hal
yang bermanfaat.
Salah satu bentuk yang paling umum untuk
menyalurkan hasrat cinta adalah pacaran. Umat islam khususnya, telah
banyak terjerumus pada kebudayaan liberal ini. Pacaran adalah salah satu
pintu setan laknatullah dalam menjerumuskan cucu Adam ke jurang Neraka,
dalam pacaran tidak terdapat sama sekali faedah, justru malah membuat
pribadi menjadi pengecut karena takutnya mengarungi pernikahan, hanya
mau enaknya saja. Jika mau jujur sistem ala pacaran penuh dengan
kedustaan, dan pengekangan yang tidak berdasar karena hakekatnya
bukanlah sebuah ikatan yang jelas.
Jika ikatan ini saja tidak
jelas maka rasionalkah tubuh ini dipegang, dipeluk, dikecup,
waliyadzubillah. Sungguh menjijikkan mengikuti pola hidup orang-orang
kuffar, apa bedanya kita dengan sifat mereka jika mengadopsi
kebudayaannya. Pacaran adalah pintu menuju jurang zina yang lebih besar
yaitu jima’ (persetubuhan), karena sebelum itu terjadi maka didahului
dengan rabaan. Kalau pun sebagian orang memberikan alibinya bahwa selama
pacaran belum pernah dan tidak akan pernah bersentuhan, maka akan ku
beri pertanyaan “Bagaimana jika kau mengarungi samudra asmara selama
bertahun-tahun bisakah kau menjamin tidak bersentuhan walau sedikitpun?
bukankah jika kau berkhalwat (berdua-duaan) memungkinkan bagimu
melakukannya? mustahil jika kalian pacaran hanya bersifat monoton.
Bukankah angan-anganmu selalu menghantuimu untuk selalu dekat, dan
kemungkinan besar itu akan terjadi?” Ala bisa karena biasa.
“Dan jaganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan.” (QS. Al-Isra : 32)
“Telah
tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dengan
hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang.
Kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya
berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya
hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh
kemaluan, atau didustakannya.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, ini juga yang membuktikan bahwa “Pacaran Islami” tidak ada.
Rasa suka tersebut datang karena banyak hal entah itu parasnya, kecerdasannya, kekayaannya, agamanya, keturunannya.
“Wanita
dinikahi karena empat hal : sebab hartanya, kedudukannya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama agar
barakah kedua tanganmu.” (HR. Muslim)
Dari mata turun ke
hati, sebaiknya orang seperti ini harus mengingat sebuah kutipan dari
Al-Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah
kepada para perempuan yang beriman, agar menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya…” (QS. An-Nur : 30-31)
Ini sering
terjadi diakibatkan melihat seseorang yang berwajah rupawan, jika engkau
terus menatapnya maka memungkinkan bagimu untuk terus mengingatnya dan
berusaha menginginkannya, jadi pandangan jangan di buat berkeliaran.
Dari Jabir bin Abdillah, beliau berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba. Beliau bersabda : Palingkan segera pandanganmu!” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dalil lainnya dalam sebuah kisah :
Suatu
ketika Al Fadl bin Abbas pernah membonceng Nabi Muhammad, beliau tengah
melakukan haji Wada’ kemudian ada wanita Khats’amiyah yang meminta
fatwa pada Nabi. Pada waktu itu Al Fadl menoleh pada seseorang wanita
yang berwajah cantik. Kecantikan itu menarik hatinya, demikian pula
wanita itu pun memandang pada Al Fadl. Maka Rasulullah pun memegang dagu
Al Fadl dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Al Abbas bertanya kepada
Nabi, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau palingkan leher anak pamanmu ?”
Beliau menjawab, “Saya melihat ada pemuda dan pemudi yang aku tidak
bisa tenang kalau-kalau ada gangguan setan terhadap keduanya.”
Suatu
waktu ada sahabat Rasulullah yang hendak menemui beliau, sedangkan
ketika itu Rasulullah bersama Aisyah. Maka mendengar sahabatnya yang
buta tersebut datang, segera Rasulullah menyuruh Aisyah untuk masuk ke
dalam. Dia Mendengar perintah Nabi, Aisyah berkata, “Bukankah dia tidak
bisa melihat ?” Rasulullah bersabda, “Tapi bukankah kamu bisa melihat?”
Kadang
aku dibuat tertawa oleh kaum muda mudi yang sedang di mabuk asmara,
mereka harus mencari tempat yang jauh dari kerumunan orang untuk
menyalurkan nafsu syahwatnya. Setelah selesai masa berlaku romantika
itu, beralih lagi ke target selanjutnya dan begitu seterusnya. “Aku
sudah bosan dengan dia, mau cari yang baru” yang lain mengatakan “Kami
sudah tidak cocok lagi, makanya kami bubar saya akan mencari lelaki yang
lebih mengerti aku” serta ribuan alasan classic lain. Setan laknatullah
telah tertawa “ngakak” melihat kelakuan mereka, mereka tidak ubahnya
seperti binatang yang siap sedia membuka celah untuk bercinta “di mana
saja dan kapan saja” seperti slogan layanan komunikasi. Apa sesungguhnya
yang mereka cari, gonta-ganti pasangan layaknya baju bekas yang dijual
di pasar murah. Habis manis sepah dibuang, sungguh kasihan. Tersirat
dalam pikirku “Sungguh hanya menghabiskan banyak waktu pada hal-hal yang
tidak berguna” . Tidakkah mereka malu kepada Rabb yang penjagaanya
selalu “Standby” setiap saat.
Terdapat pula opini masyarakat
bahwa, hanya dengan pacaran merupakan sarana yang efektif ajang saling
mengenal sebelum memasuki pintu pernikahan. Pacaran bukan satu-satunya
jalan mengenali calon pendamping hidup, cukup saja sesi ta’aruf
(perkenalan) atau minta keterangan lebih lanjut dari kerabatnya mengenai
perilaku hidupnya sehari-hari. Jika sudah mantap maka nikahilah,
insyaallah semua itu akan berbuah barakah.
Seorang uztadzah
pernah membeberkan kisah pernikahannya, beliau berkata : “Sentuhan
pertama yang kudapat dari suamiku sungguh luar biasa, karena ini untuk
pertama kalinya aku di sentuh oleh seorang laki-laki, sehingga “casnya”
lebih dahsyat.” Sontak seluruh kaum hawa dibuatnya tertawa. Bagaimana
tidak, kejadian tersebut untuk pertama kalinya beliau disentuh,
sehingga rasa cinta terhadap suaminya semakin menguat. Secara otomatis
sangat jauh berbeda dari pasangan yang berpacaran karena sentuhan maupun
rabaan telah ia dapatkan sehingga hari-hari yang dilalui bersama
pasangannya setelah pernikahan tinggal “ampas” nya saja.
“Andaikata
seorang lelaki kepalanya ditusuk dengan jarum besi, hal itu lebih baik
daripada dia menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.” (HR.
Ath-Thabrani)
Akhwat dan ikhwan sekalian pasangan kita adalah
cerminan dari karakter kita, logisnya kita menginginkan sesuatu yang
lebih baik dari diri ini. Maka cobalah untuk menjadi pribadi yang
bertakwa dan Allah akan mendatangkan pasangan yang menawan pula.
“…dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik…” (QS. An-Nur : 26)
Namun
perubahan anda jangan didasari oleh keinginan mendapatkan pasangan yang
sholehah tetapi niat anda berubah karena Allah Azza Wa Jalla.
“Sesungguhnya
setiap amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya
mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya
kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan
RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan
dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai
dengan niat hijrahnya itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ku
tahu dalam hati-hati kalian menginginkan rasa itu dapat tersalurkan dan
si dia yang engkau cintai dapat mengetahuinya. Namun ingatlah saudaraku
cukuplah kau dan Allah yang mengetahuinya, cintai ia dengan diammu, Dia
tahu semua yang kau inginkan tapi jagalah dirimu dari Naar yang
menyala-nyala. Kalau kau merasa kesulitan melupakannya maka cobalah
untuk menjauh darinya, carilah keburukan-keburukan pada dirinya (bukan
maksud mencari aibnya, namun ini lebih kepada maslahat pribadi),
sibukkan dirimu dengan rutinitas yang banyak seperti belajar, mengikuti
kajian, serta kegiatan-kegitan positif lainnya, dan yang tidak kalah
penting mintalah kemudahan kepada Allah Azza Wa Jalla.
Kalau ia
adalah jodohmu maka Dia Yang Maha Kuasa mampu mempertemukanmu dengannya,
jadi mengapa kamu mempermasalahkannya. Kalau pun tidak maka Allah yang
lebih tahu mana yang terbaik, serahkan segala urusanmu kepadaNya.
Cukuplah diri ini mengikuti bagaimana Rasulullah dalam bercinta dengan
para istri-istrinya, beliau adalah suri tauladan yang baik. Jika engkau
membaca kisah-kisah beliau bersama para istrinya sungguh akan membuatmu
takjub, beliau tipikal seorang suami yang romantis contoh-contohnya
banyak seperti menemani Aisyah mandi bersama, mengajaknya lomba lari,
meminum air dari mulut mug yang sama, serta banyak kisah kemesraan
lainnya.
Setelah menikah kaupun bebas mendatangi pasanganmu dari
mana saja yang kamu suka, tanpa harus berfikir dampak negatifnya ke
depan. Segala yang kau jalani bersama si doi akan berbuah pahala bukan
dosa, dan kau pun tidak merasa was was lagi jika memamerkan kemesraanmu.
Bertawakkal dan berusaha untuk menjadi pribadi yang menawan
jika waktu membahagiakan itu tiba, dan kemudian baru kau ucapkan ya
Allah, aku jatuh cinta.
wahhhhh.....
BalasHapusbru dpet jatuh cinta yh,,,,,
hhhmmm aku juga lg jatuh cinta untuk pandangan yang sekian kalinya... aku jd terenyuh deh... hehehe :D
BalasHapuscinta itu indah tapi terkadang kita sebagai insan manusia menyadari kekurangan dan kelebihan dari cinta itu sendiri
BalasHapushmmmmmmmmmmmm ada yang lagi jatuh cinta niccchhhhh
BalasHapusalhamdulilah yaaa... :)
BalasHapuscinta terusssssssssssssssssssss
BalasHapus